HAMBATAN DAN KEGAGALAN DALAM BERWIRAUSAHA


Dalam memulai dan menjalankan bisnis, tidak akan terlepas dari hambatan-hambatan yang dilalui. Masalah dan hambatan ini seringkali mempersulit langkah wirausahawan dalam menjalankan dan mengembangkan bisnisnya. Menurut Chu et al. (2011), hambatan wirausaha antara lain: karyawan yang tidak dapat dihandalkan dan dipercaya, persaingan ketat, kurangnya perhatian pemerintah, kebijakan yang sulit dimengerti, korupsi dan suap serta tingginya pajak. Sedangkan menurut Hisrich et al. (2008), pada awal menciptakan usaha kita akan menghadapi masalah seperti ketidakstabilan lingkungan dan ketidakpastian keuntungan, ketidakpastian konsumen, serta ketidakpastian keuangan. Menurut Suryana dan Bayu (2015), di Indonesia terdapat hambatan antara lain: ukuran nilai sosiokultur yang berlaku dimasyarakat. Ukuran baik buruk dimasyarakat; kehidupan ekonomi seperti kebijakan pemerintah, praktik bisnis, struktur pasar dan lain sebagainya; dan keadaan dunia pendidikan yang kurang baik.

Dalam upaya mencapai kemandirian seorang calon wirausaha tentunya menemui beberapa hambatan atau rintangan. Hambatan dan rintangan umunya berasal dari dua factor yaitu factor eksternal dan internal. Hambatan dari factor eksternal sering diartikan sebagai hambatan yang berasal dari luar diri wirausahawan. Hambatan eksternal dapat berasal dari lingkungan, pasar, pesaing maupun hal-hal lainnya dilluar diri wirausahawan. Sebagai contoh hambatan berupa adanya pesaing yang telah mapan dengan produk berkualitas terbaik. 

Selain hambatan dari factor eksternal, hambatan lainnya berasal dari factor internal. Hambatan factor internal berhubungan dengan kemampuan, kemauan serta kelemahan yang ada dala diri seorang wirausahawan. Sebagai contoh, seorang yang stengah-setengah atau kurang yakin untuk berwirausaha akan lebih cenderung berpeluang gagal dalam usahanya dibandingkan seorang yang memang memiliki kemauan untuk total berwirausaha

Berikut ini adalah beberapa faktor kegagalan wirausaha dalam menjalankan usahanya:

1. Kegagalan dalam proses perencanaan
Perencanaan (planning) merupakan langkah awal dalam suatu kegiatan bisnis. Perencanaan harus dilakukan sebaik mungkin dengan memperhitungkan sumber daya yang dimiliki. Seorang wirausaha yang ingin berhasil harus merencanakan setiap angkahnya, kesalahan dalam menyusun perencanaan dapat berakibat terganggunya proses operasional bisnis. Sebagai contoh kesalahan dalam merencanakan kualitas produk dapat berakibat produk yang dijual dipasar tidak laku hal ini dikarenakan kualitas produk yang tidak sesuai dengan selera konsumen ataupun kualitas produk yang diatas selera konsumen tetapi harga jualnya terlalu tinggi.

2. Kurangnya kesungguhan dalam menjalankan usaha 
Kesungguhan atau niat berwirausaha merupakan faktor penting yang mengantarkan seseorang untuk berhasil atau gagal dalam berwirausaha. Seseorang yang kurang bersungguh-sungguh untuk menjadi wirausaha akan cenderung memprioritaskan hal hal lainnya sehingga menyebabkan usaha yang dilakukannya berpeluang besar gagal. Kalaupun usahanya berhasil, umumnya keberhasilannya tidak akan sebaik keberhasilan wirausaha yang benar-benar bersungguh-sungguh serta memprioritaskan usahanya.

3. Kurangnya kompetensi manajerial
Kompetensi manajerial dalam wirausaha adalah kemampuan seseorang untuk mengatur usaha yang dilakukannya agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seorang wirausaha yang kurang kompetensi manajerialnya akan sangat kesulitan ketika dihadapkan pada persoalan-persoalan bisnis sehingga keputusan yang diambilnya akan menjadi kurang tepat yang berakibat kegagalan dalam usahanya. 

4. Kurangnya pengalaman
Pepatah kuno menyebutkan bahwa pengalaman adalah guru yang paling baik. Ungkapan ini pun masih berlaku hingga saat ini. Seorang wirausaha yang minim pengalaman akan menemui kesulitan ketika menghadapi kondisi yang tidak diharapkan atau kondisi diluar kebiasaan. Sebaliknya jika wirausahawan tersebut telah memiliki pengalaman yang cukup, maka akan cenderung bersikap matang (kematangan) dalam mengambil keputusan dalam kondisi yang tidak diharapkan.

5. Kurang mampu mengendalikan keuangan 
Kemampuan mengendalikan keuangan merupakan keterampil an yang mutlak harus dimiliki oleh calon wirausaha. Hal ini disebabkan tujuan usaha dalam hal ini memperoleh laba (profit) sangat berhubungan dengan keuangan. Seorang wirausaha yang mampu mengendalikan keuangannya akan mampu mengatur arus kas usahanya, mengatur pengeluaran seefisien mungkin, mencari sumber pendanaan yang murah dan yang terpenting tidak mencampur adukkan keuangan usaha dengan keuangan pribadi.
Sudah banyak pengalaman yang membuktikan seorang wirausaha yang tidak mampu mengendalikan keuangan usahanya akan mengalami kebang krutan sebagai contoh ketika seorang wirausaha yang mencampur adukkan keuangan usahanya dengan keuangan pribadi seperti ketika ia perlu uang untuk kebutuhan pribadi, sedangkan ia tidak memiliki uang pribadi yang cukup maka yang dilakukannya adalah meng uang dari modal usahanya. Lama kelamaan jika hal ini terus berlangsung akan menyebabkan keuangan usahanya akan defisit dan kekurangan modal.

6. Kurangnya pengawasan 
Pengawasan (controling) adalah suatu kegiatan untuk memastikan kegiatan usaha yang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Kurangnya pengawasan pada tahap-tahap usaha seperti tahap produksi akan menyebabkan usaha menjadi tidak efektif dan efisien. Sebagai contoh pengawasan yang kurang dalam proses produksi dapat menyebabkan kualitas produk yang dihasilkan menurun ataupun kuantitas produk yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berkurangnya kualitas maupun kuantitas produk ini akan menyebabkan kerugian pada usaha, yang apabila berlangsung terus menerus akan menyebabkan kegagalan usaha secara keseluruhan.

7. Lokasi usaha yang kurang strategis 
Lokasi (place) merupakan salah satu bauran pemasaran. Umumnya lokasi akan sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan dari suatu usaha. Lokasi yang kurang strategis akan menyebabkan produk/jasa yang dihasilkan sulit bertemu dengan pembelinya. Meskipun produk/jasa yang dihasilkan baik atau sangat baik namun ketika tidak bertemu dengan pembelinya maka sebaik apapun produk/jasa tersebut akan tetap menemui kegagalan dalam usahanya.

8. Kurang siap menghadapi perubahan
Perubahan merupakan suatu yang pasti dalam kehidupan, begitu juga dengan bisnis. Bisnis yang tidak mampu mengikuti perubahan zaman akan lebih berpotensi ditenggelamkan zaman. Sebagai contoh perkembangan teknologi yang semakin hari semakin maju menyebabkan bisnis media cetak harus mengembangkan usahanya ke media online. Perkembangan teknologi ini harus diikuti oleh media cetak. Media cetak yang tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi secara langsung atau tidak langsung akan mati dan ditinggalkan konsumennya. Sebagai contoh telah ada beberapa media cetak yang tidak lagi beroperasi karena tergerus perubahan dan perkembangan teknologi seperti media olahraga Soccer dan Bola.



Penulis : Nanda Afrita Veronica

NIM : 401180071


Sumber:

Hidayat, Akhmad Syarif. 2018. “Mahasiswa Berwirausaha : Latar Belakang, Karakter dan Proses Menciptakan Usaha”. Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Mayasari, Veny dkk. 2019. Buku AjarPengantar Kewirausahaan. Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media


Komentar